Rumah adat di Indonesia ialah peninggalan yang harus dijaga dan dirawat. Sangat disayangkan apabila rumah-rumah tradisional ini tidak terawat secara baik. Apalagi, rumah adat juga merupakan bagian dari kekayaan budaya negara kita. Generasi muda terutama harus paham betul setiap bermacam-macam nama rumah adat di Indonesia dari daerahnya. Lebih bagus lagi jika kita turut memahami gambar rumah adat di Indonesia.
Sudah jadi tugas kita untuk merawat serta melestarikan rumah-rumah adat tersebut. Minimal yang bisa kita lakukan adalah mengetahui nama-nama rumah adat di Indonesia serta tempat asalnya. Ada 34 provinsi di Indonesia yang masing-masing memiliki rumah adatnya.
34 Nama & Gambar Rumah Adat di Indonesia
Berikut adalah penjelasan lengkap dari 34 nama dan gambar rumah adat di Indonesia tersebut:
Rumah Adat Bali
Nama Rumah Adat Gapura Candi Bentar merupakan rumah adat asal Provinsi Bali. Ciri khasnya adalah bentuk yang seperti pura dan dilengkapi gapura pada bagian depannya. Rumah ini sangat kental akan budaya serta agama Hindu yang dianut sebagian besar penduduk Bali. Bebreda dengan rumah adat lain di Indonesia yang sudah relatif sulit ditemukan, Rumah Gapura Candi Bentar masih sangat mudah ditemukan. Ini artinya, masyarakat Bali sangat menjaga harta serta kebudayaan yang mereka miliki.
Ketika masuk ke dalam rumah, kita akan melihat ragam ruangan dengan fungsinya masing-masing. Pertama ada Panginjeng Karang yang berfungsi sebagai tempat memuja. Kemudian ada Bale Manten sebagai tempat tidur kepala keluarga dan anak perempuan serta tempat penyimpanan barang-barang berharga. Bagian ini juga seringkali digunakan sebagai tempat untuk pasangan yang baru saja menikah. Bagian lainnya ialah Bale Adat atau Bale Gede sebagai tempat upacara lingkungan hidup. Bale Dauh menjadi tempat bekerja, tempat tidur untuk anak laki-laki serta tempat digelarnya pertemuan. Paon ialah ruangan dapur sementara Lumbung adalah tempat penyimpanan hasil bumi. Secara umum, material pembuatan rumah ialah tanah liat untuk masyarakat umum serta tumpukan bata untuk golongan bangsawan.
Baca artikel lengkap tentang rumah adat Bali.
Rumah Adat Papua
Sama seperti Provinsi Papua Barat, nama rumah adat dari Provinsi Papua juga adalah Rumah Honai. Tampilannya masih sangat sederhana dengan material dari alam dan seperti kayu serta ilalang.
Tidak ada jendela yang digunakan agar rumah tetap hangat bahkan saat cuaca sedang sangat dingin di luar. Ukurannya minimalis dan terbilang sempit. Rumah ini juga bisa dengan mudah ditemukan sebagai hunian masyarakat di Papua. Bisa dibilang bahwa adat istiadat masih dijunjung tinggi karena masih bisa ditemukannya Rumah Honai dengan mudah. Apalagi bagi masyarakat Papua yang tinggal di daerah pegunungan tinggi akan tinggal di dalam Honai agar dapat menghindari udara dingin.
Baca artikel lengkap tentang rumah adat Papua.
Rumah Adat Jawa Barat
Nama Rumah adat asal Jawa barat ialah Kasepuhan Cirebon yang masih menjadi bagian Keraton Cirebon. Usia bangunan ini sudah sangat tua, namun masih terawat sampai sekarang. Kasepuhan Cirebon didirikan Pangeran Cakrabuana pada tahun 1529. Beliau adalah putra dari Prabu Siliwangi asal Kerajaan Pajajaran. Keraton ini adalah perluasan Keraton Pakungwati yang sudah ada sebelumnya. Bagian-bagian Keraton Kasepuhan sangat beragam. Pertama ada pintu gerbang utama yang ada dua buah dan terletak di utara serta selatan kompleks. Gerbang utamanya dinamakan Kreteg Pangrawit dan berbentuk jembatan, sementara pintu selatannya disebut Lawang Sanga.
Berikutnya ada Bangunan Pancaratna yang ada di sebelah krii depan arah barat dan fungsinya adalah tempat untuk menghadap para pembesar kampung yang diterima Wedana atau Demang. Bagian lainnya adalah Bangunan Pancaniti yang ada di kiri kompleks dan posisinya menghadap ke arah utara. Nama Pancaniti ini sendiri terdiri dari dua kata, yaitu panca yang artinya jalan dan niti yang artinya mata, raja atau atasan. Fungsi dari bangunan Pancaniti adalah tempat di mana para prajurit dilatih oleh para perwira. Selain itu, bangunan ini juga berguna sebagai tempat istirahat dan tempat pengadilan. Bisa dibilang bahwa tiap bagian dari Kasepuhan Cirebon sangat berguna dan memiliki makna yang dalam.
Baca artikel lengkap tentang Rumah Adat Jawa Barat
Rumah Adat Jawa Tengah
Rumah Joglo ialah nama rumah adat dari Provinsi Jawa Tengah. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan serta pendopo di depan rumah yang berperan sebagai ruang tamu. Ciri khas Rumah Joglo ialah corak ornamen khas suku Jawa di sisi rumah. Rumah Joglo akan terdiri dari dua bagian yaitu rumah induk serta umah tambahan. Rumah induk masih dibagi lagi ke dalam beberapa bagian. Pertama ada pendopo yang letaknya di depan rumah. Biasanya pendopo akan digunakan untuk aneka aktivitas formal, misalnya pertemuan, upacara adat serta pagelaran seni wayang kulit. Ruang ini menunjukkan kesan terbuka serta akrab. Walau demikian, tidak jarang pendopo akan dibuat dengan berwibawa serta megah.
Berikutnya ada Pringitan yang letaknya di antara pendopo serta rumah dalam. Fungsinya adalah sebagai jalan masuk serta tempat pertunjukan wayang kulit. Bentuk Pringitan adalah serambi tiga persegi yang menghadap ke arah pendopo. Ada lagi emperan yang menghubungkan pringitan dengan rumah dalam. Istilah lainnya adalah teras depan mengingat lebarnya kira-kira 2 meter. Emperan akan turut digunakan sebagai tempat bersantai, menerima tamu serta ragam kegiatan publik lainnya. Di emperan biasanya akan ditemukan sepasang kursi kayu serta meja. Bagian selanjutnya ada rumah dalam atau omah njero, disebut pula sebagai omah mburi (rumah belakang), dalem ageng atau sekedar omah saja. Kata omah sendiri digunakan sebagai istilah yang turut mencakup arti kedomestikan, atau unit tempat tinggal.
Pada sebelah rumah Joglo akan terdapat senthong kiwa yang terdiri atas beberapa ruangan. Ada bagian yang berfungsi sebagai gudang, kamar tidur, penyimpanan persediaan makanan dan lain-lain. Senthong tengah ada di bagian dalam tengah. Sering juga disebut boma, pedaringan atau krobongan. Sesuai letaknya di bagian dalam rumah, fungsinya ialah sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga, misalnya harta keluarga seperti pusaka keris dan lain-lain. Ada lagi senthong tengen yang sama seperti senthong kiwa. Fungsi dan pembagian ruangannya sama, yang membedakan adalah senthong tengen ada di bagian kanan. Terakhir ada gandhok, bangunan tambahan yang letaknya ada di sisi belakang dan samping dari bangunan inti.
Baca artikel lengkap tentang Rumah Adat Jawa Tengah
Rumah Adat Aceh
Nama Rumah adat asal Provinsi Nangroe Aceh Darussalam ialah rumah krong bade. Sebutan lainya adalah Rumoh Aceh. Ciri khasnya ialah tangga di depan rumah yang digunakan sebagai jalan masuknya. Rumah ini umumnya memiliki jumlah anak tangga ganjil. Rumah krong bade juga memiliki bentuk persegi panjang serta arahnya adalah memanjang mulai dari timur ke barat. Dindingnya terbuat dari kayu dan diberi hiasan lukisan. Atap rumah akan terbuat dari daun rumbia sementara lantainya dibuat dari enau atau bambu. Dalam proses pembangunannya, akan digunakan ragam bahan bangunan. Bahan utamanya adalah kayu, terutama kayu untuk tiang penyangga rumah.
Bahan kedua yang digunakan ialah papan untuk dinding serta lantai. Kemudian, diperlukan juga temor atau enau sebagai cadangan dalam pembuatan lantai dan dinding di samping bambu. Tali pengikat atau taloe meu-ikat akan turut digunakan dalam mengikat ragam bahan bangunan di atas. Tali ini sendiri akan terbuat dari rotan, kulit pohon waru ataupun tali ijuk. Daun rumbia atau yang dalam bahasa lokal disebut oen meuria akan digunakan dalam pembuatan atapnya. Daun enau juga berfungsi sebagai cadangan dalam pembuatan atap apabila tidak ditemukan daun rumbia. Pelepah rumbia menjadi bahan dasar terakhir yang digunakan dalam pembuatan dinding rumah serta lemari.
Rumah krong bade memiliki makna bagi masyarakat Aceh. Rumah ini adalah identitias masyarakat Aceh. Materi bangunan yang sepenuhnya diambil dari alam bermakna bahwa orang Aceh memiliki kehidupan yang lekat dengan alam. Masyarakat Aceh juga tidak akan menggunakan paku dalam pembuatan rumah krong bade dan lebih banyak menggunakan tali dalam mengikat antara satu bahan bangunan dengan bahan bangunan lainnya. Ukiran dalam rumah memiliki makna tersendiri yang erat hubungannya dengan status sosial seseorang di tengah masyarakat. Semakin banyak ukiran yang ada dalam rumah, maka semakin mampu pula penghuni rumah tersebut secara ekonomi. Bisa dikatakan bahwa rumah krong bade ialah identitas dan pembeda orang Aceh dengan orang dari suku lainya.
Baca artikel lengkap tentang Rumah Adat Aceh
Rumah Adat Jawa Timur
Nama Rumah adat dari Provinsi Jawa Timur ialah Rumah Joglo Situbondo atau disebut juga Joglo Jawa Timuran. Banyak kemiripan antara rumah ini dengan rumah Joglo asal Jawa Tengah.
Ciri khasnya adalah bentuk yang lebih minimalis jika dibandingkan Rumah Joglo asal Jawa Tengah, namun lebih artistik. Filosofi yang terkandung dari rumah ini adalah sanepan yang berarti rumah kental akan kebudayaan leluhur dari zaman dulu.
Rumah Adat Betawi
Rumah Adat Kebaya ialah rumah adat DKI Jakarta. Ciri khasnya ada pada atap yang mirip pelana dilipat. Jika dilihat dari samping, atap ini akan tampak seperti lipatan kebaya. Terdapat pula corak ornamen khas dari suku Betawi. Material atapnya adalah genteng serta atep atau daun kirai yang telah dianyam. Konstruksi kuda-kuda serta gordingnya akan menggunakan kayu kecapi ataupun kayu gowok. Balok tepi terutama yang berada di atas dinding luar akan menggunakan kayu nangka tua, sementara kaso dan reng menggunakan bambu tali. Bambu yang dipakai sebagai kaso ialah bambu utuh berdiameter 4 cm sementara rengnya menggunakan bambu yang sudah dibelah.
Sementara material yang digunakan untuk dinding pastinya akan turut berbeda. Dindingnya menggunakan kayu nangka ataupun kayu gowok yang kadang dicat menggunakan warna hijau dan kuning. Dinding rumah akan menggunakan anyaman bambu tanpa adanya pasangan bata di bagian bawah. Daun pintu serta jendela akan terbuat dari rangka kayu serta jalusi horizontal. Jalusi ialah pintu dnegan lubang udara yang membuat sirkulasi udara teta terjaga seperti di kamar mandi. Pintu pada rumah adat ini tidak dilengkapi jalusi baik pada bagian atas maupun keseluruhan permukaannya. Struktur pondasi rumah sendiri menggunakan batu kali dan sistem pondasinya menggunakan umpak di bawah tiap kolom.
Rumah Adat Sumatera Barat
Dari Provinsi Sumatera Barat, ada nama rumah adat yang sudah cukup populer dan mungkin kita pernah mendengar namanya, yaitu Rumah Gadang. Nama lainnya adalah Rumah Baanjuang, Rumah Godang serta Rumah Bagonjong. Keunikan rumah ini adalah bentuk arsitektur atap yang tampak seperti tanduk kerbau serta terbuat dari ijuk. Rumah ini sendiri berfungsi sebagai tempat kediaman satu keluarga, tempat dirawatnya anggota keluarga yang sakit, lambang kehadiran suatu kaum hingga tempat dilaksanakannya upacara adat. Bentuk arsitektur yang paling menonjol dari Rumah Gadang memang adalah atapnya yang seperti tanduk kerbau. Walau awalnya atap ini dibuat dari ijuk, namun sekarang material pembuatan atap sudah mulai beralih ke seng.
Rumah Gadang sendiri memiliki bentuk persegi panjang dan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan serta belakang. Bagian depannya akan dipenuhi ukiran ornamen serta biasanya bermotif akar, daun, buga serta bidang persegi empat maupun genjang. Sementara bagian belakang dilapisi belahan bammbu. Rumah Gadang juga dilengkapi tiang-tiang panjang dan bangunannya dibuat dengan rangka besar ke atas, akan tetapi tidak akan mudah roboh oleh adanya goncangan. Tiap elemen rumah memiliki manka tersendiri dan dilatari tambo dalam adat serta budaya masyarakat setempat. Rumah Gadang juga umumnya akan memiliki satu tangga di bagian depan, sementara dapur akan dibangun terpisah di belakang rumah.
Mengingat wilayah Minangkabau termasuk rawaan gempa karena lokasinya ada di Pegunungan Bukit Barisan, arsitektur Rumah Gadang turut memperhitungkan desain yang bisa menahan goncangan gempa. Tiang rumah tidak ditanam di dalam tanah, namun bertumpu di atas batu datar yang lebar serta kuat. Seluruh sambungan dari tiap pertemuan kasau dan tiang besar tidak lagi memakai paku, namun pasak kayu. Saat gempa terjadi, Rumah Gadang akan bergeser fleksibel seperti tengah menari di atas batu datar yang jadi tonggaknya. Tiap sambungan yang dihubungkan menggunakan pasak kayu juga akan bergerak dengan fleksibel. Arsitektur ini membuat Rumah Gadang tahan akan gempa, asalkan dibangun dengan benar.
Rumah Adat Sumatera Utara
Nama Rumah adat dari provinsi Sumatera Utara ialah Rumah Bolon yang sekaligus menjadi rumah adat bagi suku Batak di Indonesia. Rumah Bolon ialah simbol dari identitas orang Batak di Sumatera Utara. Di zaman dulu, rumah Bolon menjadi tempat tinggal 12 Raja di Sumatera Utara. Mereka adalah Raja Nagaraja, Raja Ranjinman, Raja Bakkaraja, Raja Batiran, Raja Baringin, Raja Atian, Raja Bonabatu, Raja Mogam, Raja Raondop, Raja Hormabulan, Raja Rajaulan serta Raja Rahalim dan Raja Karel Tanjung. Rumah Bolon sendiri terbagi ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah Rumah Bolon Simalungun, Rumah Bolon Toba, Rumah Bolon Karo, Rumah Bolon Pakpak, Rumah Bolon Mandailing serta rumah Bolon Angkola.
Tiap rumah akan memiliki ciri masing-masing. Namun, sekarang ini sudah sangat sedikit rumah Bolon yang ada dan sulit ditemukan. Rumah Bolon juga menjadi objek wisata khas di Sumatera Utara. Bentuk rumah ini adalah persegi empat dengan model seperti layaknya rumah panggung. Tingginya sekitar 1.75 meter dari tanah dan membuat siapapun yang hendak masuk harus menggunakan tangga. Tangganya sendiri ada di tengah badan rumah. Bagian dalam dari rumah adalah ruang kosong terbuka tanpa adanya kamar. Rumah ini ditopang tiang-tiang penyangga serta menopang tiap sudut rumah, termasuk lantai. Atapnya berbentuk melengkung di bagian depan serta belakang dan tampak seperti pelana kuda.
Lantai rumah Bolon dibuat dari papan dan atapnya dari daun rumbia ataupun ijuk. Bagian dalamnya merupakan ruangan besar yang tidak disekat-sekat menjadi kamar. Namun, hal ini bukan berarti tidak ada pembagian dalam rumah Bolon. Ruangan akan terbagi dalam tiga bagian. Pertama adalah jabu bona di sebelah kanan belakang, kedua ada jabu soding di sudut sebelah kiri dan ketiga ada jabu suhat di sudut kiri depan. Jabu bona dikhususkan bagi keluarga kepala rumah, jabu soding sebagai milik anak perempuan serta istri tamu yang datang apabila diadakan upacara adat. Sementara jabu suhat adalah bagi anak laki-laki tertua yang sudah menikah. Ada lagi ruangan tampar piring yang fungsinya sama seperti ruang tamu.
Rumah Adat Sulawesi Selatan
Rumah Tongkonan ialah rumah adat dari Provinsi Sulawesi Selatan atau masyarakat Toraja. Atapnya melengkung seperti perahu dan terdiri dari susunan bambu, walau sekarang sebagian besar tongkonan telah menggunakan atap yang terbuat dari seng. Bagian depannya terdapat tanduk kerbau yang berderet. Bagian dalamnya menjadi tempat tidur serta dapur.
Nama rumah adat Sulawesi Selatan diambil dari kata tongkon yang berarti duduk bersama-sama. Tongkonan akan dibagi berdasarkan tingkatan maupun peran dalam masyarakat. Bagian depan tongkonan akan terdapat sebuah lumbung padi atau alang. Tiang-tiangnya dibuat dari batang pohon palem dan bagian depannya terdapat aneka ukiran yang menjadi simbol menyelesaikan perkara.
Rumah Adat Riau
Provinsi Riau juga memiliki rumah adatnya sendiri, nama rumah adat Riau yaitu Rumah Melayu Selaso. Ciri khas rumah ini ialah kolong di bagian bawah rumah atau yang lebih populer dengan sebutan rumah panggung.
Rumah adat Melayu Selaso terdiri dari beberapa tiang yang menyangga rumah serta bentuk bangunannya berupa persegi panjang. Rumah ini juga dilengkapi aneka ukiran melayu, di antaranya adalah selembayung, lebah bergayut, pucuk rebung dan masih banyak lagi. Rumah ini sendiri memiliki makna rumah dengan dua selaso di mana lantai rumah akan lebih rendah dibandingkan ruang tengah di dalam rumah.
Rumah Adat Kalimantan Barat
Nama Rumah adat asal Provinsi Kalimantan Barat ialah Istana Kesultanan Pontianak. Ukurannya cukup besar dan ciri khasnya terletak pada corak serta arsitektur Suku Dayak yang ada pada bagian sisi rumah.
Di rumah adat Kalimantan Barat pula akan dilaksanakan aneka pertemuan adat serta menjadi tempat tinggal bagi raja-raja atau sultan di zaman dulu. Selain itu nama rumah adat kalimantan barat yang kedua ialah rumah adat radakng atau betang dengan bentuk yang panjang dengan banyak pintu.
Rumah Adat Lampung
Rumah adat Nowou Sesat ialah nama rumah adat khas dari Provinsi Lampung. Ciri khasnya adalah bentuk seperti rumah panggung serta adanya ornamen di sisi bangunan. Rumah adat ini memiliki ukuran sangat besar di zaman dulu, namun rumah Nowou Sesat yang adat sekarang tidak lagi terlalu besar. Atapnya dibuat dari anyaman ilalang sementara sebagian besar bagian rumah terbuat dari kayu. Bentuknya dimaksudkan untuk menghindari serangan hewan serta agar lebih kokoh sehingga dapat bertahan dari gempa bumi. Di perkampungan yang berisi penduduk asli Lampung, Rumah Nowou Sesat dibangun tanpa tiang dan lantainya terbuat dari tanah. Namun fungsinya tetaplah sama.
Ciri khas lain dari Rumah Nowou Sesat ialah hiasan payung di atapnya yang memiliki warna putih, kuning serta merah. Hal ini adalah lambang dari tingkat Kepenyeimbangan di masyarakat adat Lampung. Fungsi rumah adat Lampung ini biasanya adalah sebagai balai pertempuan para Perwatin saat melaksanakan Pepung alias musyawarah adat. Karena itulah rumah ini turut disebut sebagai Sesat Balai Agung. Bagian-bagian dalam rumah dibagi lima, yaitu Ijan Geladak sebagai tangga masuk, Anjungan sebagai serambi untuk pertemuan kecil, Pusiban sebagai tempat musyawarah resmi, Ruang Tetabuhan sebagai tempat penyimpanan alat musik tradisional serta Ruang Gajah Merem sebagai tempat istirahat.
Rumah Adat Jambi
Nama Rumah adat asal Jambi disebut Rumah Panjang. Ciri khasnya adalah bentuknya yang panjang serta corak yang sangat khas. Rumah adat ini sudah hampir punah di Jambi. Alasan utamanya adalah karena masyarakat lebih memilih memiliki rumah modern dibanding Rumah Panjang. Rumah ini awalnya terbuat dari kayu dengan tinggi antara 5 hingga 8 meter. Tingginya akan bergantung pada tiang yang menyangga rumah tersebut. Panjangnya sendiri bisa mencapai 180 meter dan lebar 6 meter. Di dalamnya terdapat 50 ruangan dan dihuni oleh banyak keluarga. Agar bisa masuk ke dalam rumah, seseorang harus menggunakan anak tangga.
Walau bentuknya sempit, namun panjangnya memang cukup ekstrem. Hanya ada satu kamar di dalam rumah dan bagian-bagiannya sendiri terbagi menjadi teras atau pante, ruang tami atau samik dan juga ruang keluarga. Di dalam ruang tamu akan ada sebuah meja bernama pene yang difungsikan sebagai tempat menerima tamu. Pene berbentuk lingkaran serta digunakan dalam meletakkan minuman serta makanan untuk tamu yang datang. Ruang keluarga ialah ruang sederhana sepanjang 6 meter serta lebar 6 meter. Bagian belakangnya akan digunakan sebagai dapur. Tiap keluarga akan memiliki dapur masing-masing yang terpisah satu sama lain.
Walau Rumah Panjang digunakan sebagai tempat tinggal beberapa keluarga sekaligus, namun rumah ini tidak hanya sekedar difungsikan sebagai tempat tinggal. Rumah Panjang turut dibangun sebagai perlindungan dari serangan binatang buas. Selain itu, tingginya akan turut menjaga penghuni rumah dari serangan yang berasal dari suku lain. Rumah Panjang juga menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan masyarakat seperti pertemuan serta rapat. Upacara adat hingga ritus dalam masyarakat setempat di zaman dulu juga akan dilakukan di dalam Rumah Panjang. Dapat dikatakan bahwa Rumah Panjang bukan hanya sebagai properti milik pribadi namun juga milik suku.
Rumah Adat Maluku
Nama Rumah adat dari Provinsi Maluku adalah Rumah Baileo. Rumah ini terutama menjadi perlambang kemajemukan agama yang ada di Maluku.
Ciri khasnya terutama adalah ukuran rumah yang besar karena tidak sekedar digunakan sebagai tempat tinggal namun juga tempat musyawarah serta acara hiburan. Di dalam rumah juga terdapat ruangan khusus sebagai penyimpanan benda-benda pusaka yang dianggap suci.
Rumah Adat Maluku Utara
Sama seperti di Provinsi Maluku, rumah adat Provinsi Maluku Utara juga adalah Rumah Baileo. Rumah ini sekaligus sebagai simbol dari kemajemukan agama di Maluku Utara.
Ukurannya besar dan digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat musyawarah hingga dilakukannya ragam hiburan. Terdapat pula tempat khusus yang dijadikan penyimpanan benda-benda pusaka.
Rumah Adat Riau
Dari Provinsi Kepulauan Riau, ada Rumah Selaso Jatuh Kembar. Bentuknya mirip rumah adat Melayu Selaso dari Riau. Rumah adat Riau ini juga memiliki kolong karena berbentuk rumah adat. Bentuknya persegi panjang dan berisi banyak ukiran yang masing-masing memiliki maknanya sendiri-sendiri.
Lantai Rumah Selaso Jatuh Kembar akan lebih rendah jika dibandingkan dengan ruang tengahnya. Dari sinilah makna Selaso Jatuh Kembar yang jadi nama rumah tradisional asal Kepulauan Riau ini. Kita bisa menemukannya di Kepulauan Riau walaupun sudah termasuk jarang ada.
Rumah Adat Sumatera Selatan
Rumah adat Limas ialah nama rumah adat Sumatera Selatan. Cirinya adalah atap berbentuk limas. Selain itu, lantainya dibuat bertingkat-tingkat atau Bengkilas serta hanya akan digunakan dalam acara penting keluarga. Rumah Limas kebanyakan memiliki luas antara 400 hingga 1000 meter persegi, bahkan ada yang lebih.
Tiang-tiangnya terbuat dari kayu ulin atau kayu unglen yang bersifat tahan air serta kuat. Pintu, dinding dan pintu terbuat dari material kayu tembesu. Sementara rangkanya akan dibuat dari kayu seru. Tiap rumah, terutama pada dinding serta pintunya akan ditambahi aneka ukiran. Penyebaran Rumah Limas ternyata bukan hanya di Indonesia saja. Selain bisa ditemukan di Sumatera Selatan, Rumah Limas juga terdapat di Malaysia, terutama di Selangor, Johor serta Terengganu.
Rumah Adat Bangka Belitung
Rumah Rakit adalah nama rumah adat Bangka Belitung. Rumah ini juga terbilang populer di Kota Palembang. Ciri khasnya adalah dibangun di atas sungai dan bentuknya mirip rakit. Rumah Rakit akan dibangun di atas sungai karena dulunya sumber mata pencaharian orang Bangka Belitung adalah dengan menjadi nelayan dan mencari ikan di sungai.
Rumah ini berpondasikan bambu serta mengapung dengan bantuan dari bambu tersebut. Namun kini, seiring perkembangannya, telah ditambahkan tambahan alat pengapung seperti drum. Rumah ini juga tahan banjir karena dapat mengapung, sehingga dapat mengikuti tingkat ketinggian air. Adanya Rumah Rakit di Palembang terutama di sekitar Sungai Musi telah menjadi salah satu objek wisata tersendiri.
Rumah Adat Bengkulu
Dari Bengkulu ada rumah adat bernama Rumah Bubungan Lima. Ciri khasnya ialah model rumah yang mirip rumah panggung dan ditopang beberapa tiang. Kayu yang digunakan adalah dari jenis kayu medang kemuning.
Rumah adat Bengkulu ini tidak seperti rumah tinggal kebanyakan karena akan digunakan dalam berbagai upacara adat masyarakat Bengkulu. Terdapat tiga bagian utama rumah, yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Arsitekturnya yang tinggi dimaksudkan agar rumah bisa melindungi penghuninya dari serangan binatang buas serta banjir. Tingginya Rumah Bubungan Lima membuat siapapun yang hendak masuk ke dalamnya harus menggunakan tangga. Anak tangganya berjumlah ganjil seperti kepercayaan orang Bengkulu.
Rumah Adat Banten
Rumah Badui ialah nama rumah adat provinsi Banten. Ciri khasnya adalah bentuknya yang seperti rumah panggung serta hampir semua bagiannya terbuat dari bambu. Rumah ini juga terkenal akan kesederhanaannya. Hal yang unik dari rumah ini adalah pembangunannya akan mengikuti kontur tanah karena masih berkaitan aturan adat yang mengharuskan masyarakat untuk tidak merusak alam saat membangun suatu bangunan. Tiang-tiang rumah adat dari suku Badui tidak akan memiliki ketinggian yang sama. Bilik dan dinding rumah akan dibuat dari anyaman bambu. Atapnya dibuat dari ijuk sabut kelapa yang sudah dikeringkan. Bagian dalam rumah sendiri dibagi tiga, yaitu bagian sosoro atau depan, tepas atau tengah dan ipah atau belakang.
Masing-masing bagian rumah akan memiliki fungsi sesuai rencana pembuatannya. Bagian depan rumah digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu. Ini karena tamu yang berkunjung tidak boleh masuk sampai ke dalam rumah. Fungsi lain adalah tempat bersantai dan menenun yang biasa dilakukan kaum perempuan. Bagian depan ini bentuknya melebar ke samping dan ada lubang di lantainya. Bagian tengah digunakan sebagai aktivitas pertemuan keluarga serta tidur. Sementara bagian belakang digunakan untuk memasak dan menyimpan hasil ladang. Tiap bagian rumah akan dilengkapi lubang pada lantai yang fungsinya adalah sebagai sirkulasi udara. Adanya lubang ini karena tidak ada jendela pada rumah suku Badui.
Rumah Adat Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki rumah adat bernama Rumah Bangsal Kencono. Di zaman dulu, rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal untuk para Raja Jawa serta pejabat kerajaan.
Ciri khas Rumah Bangsal Kencono adalah corak ornamen dengan filosofi serta nilai kehidupan yang menjadi lambang pola perilaku manusia, kehidupan dan alam semesta.
Rumah Adat Nusa Tenggara Barat
Rumah Dalam Loka ialah nama rumah adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Rumah ini dulunya digunakan sebagai tempat kediaman raja-raja yang ada di Sumbawa. Kuatnya pengaruh budaya Islam di wilayah ini membuat hampir seluruh aspek kesukuan serta adat masyarakat Sumbawa tampak pada rumah adatnya. Rumah Dalam Loka sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Sumbawa, yaitu Dalam yang artinya istana serta Loka yang artinya dunia. Nama ini sesuai fungsi rumah yang memang digunakan sebagai pusat pemerintahan serta kediaman bagi raja-raja Sumbawa. Rumah adat ini juga memiliki desain yang besar. Bangunan ini akan ditopang 99 tiang sebagai perlambang dari 99 nama Allah (Asmaul Husna).
Tiang penyangga yang menopang rumah agar tetap tegak ini terbagi dalam dua ukuran yang sama besar dengan nama Bala Rea. Di dalamnya terdapat beberapa ruangan dan dipisahkan dinding penyekat sesuai fungsi dan nama masing-masing. Ada ruangan Lunyuk Agung di bagian depan yang fungsinya sebagai tempat resepsi, musyawarah serta acara pertemuan keagamaan maupun adat. Ada lagi ruangan Lunyuk Mas yang berfungsi sebagai ruangan khusus bagi istri menteri, permaisuri serta staf penting kerajaan ketika dilangsungkannya upacara adat. Ruang Dalam di sebelah barat hanya disekat kelambu serta menjadi ruang sholat, sementara di sebelah utaranya adalah kamar tidur bagi dayang-dayang permaisuri.
Di dalam Ruang Dalam terdapat empat kamar yang masing-masing diperuntukkan bagi putra atau putri raja yang telah menikah. Ruang sidang ada di bagian belakang dan digunakan sebagai tempat tidur para dayang di malam hari. Kamar mandinya sendiri ada di luar ruangan induk dan memanjang mulai dari kamar raja hingga kamar permaisuri. Bala Bulo ada di samping Lunyuk Mas serta terdiri atas dua lantai. Lantai pertama adalah tempat bermain untuk anak-anak raja yang masih kecil-kecil. Lantai kedua menjadi tempat menyaksikan pertunjukan yang ada di lapangan istana, khusus bagi permaisuri serta istri bangsawan.
Rumah Adat Nusa Tenggara Timur
Nama Rumah adat dari Provinsi Nusa Tenggara Timur ialah rumah Musalaki. Rumah ini sedikit mirip rumah adat asal Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ciri khasnya adalah bentuk serta arsitektur yang menyerupai kerucut. Di zaman dulu, rumah ini hanya digunakan sebagai tempat tinggal bagi kepala suku serta pembesar adat. Namun seiring perkembangan zaman, Rumah Musalaki turut digunakan pula sebagai tempat tinggal masyarakat NTT. Rumah ini turut menjadi ikon bagi NTT karena keunikan tersendiri baik dari segi arsitektur maupun nilai-nilai filosofis di dalamnya. Nama rumah ini sendiri berasal dari bahasa Ende Lio serta terdiri dari dua suku kata, yaitu Mosa yang artinya kepala atau kedua dan Laki yang artinya suku.
Asal nama inilah yang membuat Rumah Musalaki dulunya hanya digunakan sebagai tempat tinggal bagi ketua suku ataupun kepala adat setempat. Jika ditelusuri dari masa lalunya, rumah ini kerap digunakan untuk tempat digelarnya aneka upacara ritual adat, tempat musyawarah serta memutuskan keputusan yang berhubungan dengan keagamaan serta adat. Mengingat fungsinya ini, maka Rumah Musalaki dibangun dalam ukuran yang besar serta strukturnya kokoh. Materialnya hampir seluruhnya berasal dari alam, seperti kayu, batu-batuan hingga daun-daunan. Material ini akan digunakan untuk membangun semua bagian dari rumah Musalaki.
Rumah Adat Kalimantan Tengah
Rumah Betang ialah nama rumah adat asal Provinsi Kalimantan Tengah. Rumah ini masih memiliki kemiripan dengan Rumah Panjang. Ciri khasnya terutama adalah ukuran yang sangat besar serta menjadi rumah adat paling besar kedua di Indonesia. Saking besarnya, Rumah Betang akan dapat menampung sebanyak 150 orang atau antara 30 hingga 35 keluarga. Walau jauh dari kesan mewah, namun Rumah Betang tetaplah hunian yang memiliki nilai tinggi terutama bagi masyarakat Dayak. Banyak aspek dari Rumah Betang ini yang menjadikannya begitu bernilai. Pertama dan yang utama adala aspek penghunian, di mana Rumah Betang ialah struktur multi keluarga permanen serta memiliki fungsi sebagai tempat tinggal utama.
Kedua ada aspek hukum serta hak milik. Rumah Betang memiliki aspek kepemilikan yang jelas. Terutama adalah hak kepemilikan yang dipegang seluruh keluarga secara kolektif atas tanah yang dibangun rumah tersebut. Hak wilayah rumah ialah hak sekuler, sementara hak primer akan dipegang tiap-tiap keluarga dan kelompok keluarga kecil yang masih memiliki ikatan kekerabatan. Rumah Betang turut menjadi unit peradilan sangat penting karena pertikaian yang terjadi antar anggota keluarga akan diselesaikan tetua adat dan dilakukan secara internal. Wewenang seseorang maupun satu keluarga akan lebih kecil serta masih lebih besar wewenang yang berasal dari rumah secara keseluruhan. Hal ini mengingat masih kuatnya egalitarisme dalam masyarakat Dayak.
Rumah Adat Kalimantan Selatan
Nama rumah adat Kalimantan Selatan ialah Rumah Bubungan Tinggi. Rumah ini dibangun Suku Dayak Selatan yang juga merupakan suku asli dari Kalimantan. Ciri khasnya ialah struktur bangunan yang kokoh serta tinggi. Rumah ini juga lebih mengutamakan sisi kekokohan bangunan dibanding daya tampung penghuninya. Ciri khas lain dari Rumah Bubungan Tinggi ialah atap Sindang Langit yang tidak dilengkapi plafon, jumlah tangga naik selalu ganjil serta Pamedangan akan diberi lapangan di sekelilingnya menggunakan kandang rasi.
Konstruksinya sendiri dibuat menggunakan material utama kayu. Hal ini didukung faktor alam di Kalimanan yang penuh akan hutan rimba sehingga kayunya melimpah. Sesuai bentuk dan konstruksi bangunan, maka kayu adalah bahan yang tepat serta sesuai dengan konstruksi bangunan. Konstruksi pokoknya sendiri dibagi atas beberapa bagian. Pertama ada tubuh bangunan atau bangunan induk yang bentuknya memanjang. Kedua ada bangunan yang menempel pada sisi kiri kanan dan disebut Anjung. Ada lagi bubungan atap yang tinggi yaitu Bubungan Tinggi, atap sengkuap dengan bentuk memanjang ke depan dengan nama Sindang Langit serta atap yang memanjang ke belakang dengan nama Hambin Awan.
Rumah Adat Kalimantan Timur
Dari Kalimantan Timur, ada rumah adat yang bernama Rumah Lamin. Rumah ini dibangun suku Dayak Timur yang merupakan suku asli dari Kalimantan. Ciri khasnya terutama terletak pada corak ornamen khas Suku Dayak Timur yang ada di sisi rumah. Rumah lain memiliki panjang 300 meter, lebar 15 meter serta tinggi 3 meter sehingga menjadikannya sebagai rumah adat terbesar di Indonesia. Sebutan lainnya adalah rumah panggung yang panjang dengan bentuk saling menyambung. Rumah ini bisa ditempati beberapa keluarga mengingat ukurannya yang cukup besar. Rumah Lamin dapat dihuni antara 12 hingga 30 keluarga sekaligus serta dapat menampung sampai dengan 100 orang.
Banyak ciri khas dari Rumah Lamin yang membuatnya dapat langsung dikenali. Salah satunya adalah banyaknya ukiran serta gambar di badan rumah yang memiliki makna dalam bagi suku Dayak di Kalimantan Timur. Salah satu fungsi ukiran tersebut ialah menjaga keluarga dalam rumah agar senantiasa terhindar dari bahaya, seperti ilmu hitam yang sering digunakan masyarakat Dayak untuk menyakiti seseorang. Warna rumah juga khas yaitu kuning serta hitam. Warna lain yang sering dipakai adalah hitam, merah, serta putih. Material utama dari Rumah Lamin adalah kayu ulin atau kayu besi. Konon, kayu ini akan semakin keras apabila terkena air. Hanya saja, cukup sulit menemukan kayu ulin di hutan.
Halaman Rumah Lamin biasanya akan dipenuhi patung atau totem. Patung ini adalah simbol dari dewa-dewa yang oleh masyarakat Dayak dipercaya sebagai penjaga rumah dari marabahaya. Rumah Lamin sendiri akan terbagi atas tiga ruangan utama yaitu ruang tidur, dapur serta ruang tamu. Ruang tidur akan berderet dan dimiliki oleh masing-masing keluarga dalam rumah. Ruang tidur juga akan dibedakan menjadi ruang tidur laki-laki dan perempuan, kecuali apabila keduanya sudah menikah. Ruang tamu akan digunakan untuk pertemuan adat serta menerima tamu. Pada sisi luar rumah akan terdapat tangga yang digunakan agar seseorang bisa masuk ke dalam rumah.
Rumah Adat Kalimantan Utara
Provinsi Kalimantan Utara memiliki nama rumah adat yang disebut Rumah Baloy. Rumah ini terinspirasi rumah adat Suku Tidung yang juga berasal dari Kalimantan Utara. Ciri khasnya adalah arsitektur bangunan yang lebih indah dibanding rumah adat lainnya di Kalimantan. Hal ini menjadikan Rumah Baloy sebagai maskot daerah yang bisa menarik banyak wisatawan. Rumah ini menggunakan tiang tinggi di bagian bawah serta bentuknya lebih modern. Diperkirakan bahwa Rumah Baloy adalah hasil pengembangan arsitektur Dayak dari Rumah Lamin yang dihuni Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.
Rumah ini terbuat dari bahan dasar kayu ulin dan menghadap ke arah utara, sementara pintu utama akan menghadap ke arah selatan. Di dalamnya terdapat empat ruang utama yang disebut ambir. Masing-masing adalah ambir kiri sebagai tempat menerima masyarakat yang hendak mengadukan perkara adat, ambir tengah sebagai tempat sidang guna memutuskan perkara adat, ambir kanan sebagai ruang istirahat dan lamin dalom sebagai singgasana khusus Kepala Adat Besar Dayak Tidung. Pada bagian belakangnya akan terdapat bangunan di tengah kolam dengan nama Lubung Kilong yang digunakan untuk menampilkan kesenian khas Suku Tidung.
Rumah Adat Sulawesi Utara
Nama Rumah adat asal Sulawesi Utara disebut sebagai Rumah Walewangko. Arsitektur serta struktur rumah masih sama seperti kebanyakan rumah tradisional yang ada di Sulawesi. Rumah ini merupakan rumah panggung dan materialnya dibuat dari alam seperti kayu untuk tiang, dinding, lantai dan aneka perlengkapan rumah yang lain. Atapnya akan menggunakan daun rumbia namun belakangan ini sudah banyak juga yang menggunakan seng serta genting. Struktur tiang pada Rumah Walewangko akan memungkinkan adanya tangga yang menjadi jalan masuk. Ada dua tangga di rumah ini, satu di kiri dan satu lagi kanan dengan posisi yang simetris. Desainnya bisa dibilang sudah modern dan memiliki sistem sirkulasi udara lewat adanya jendela serta ventilasi.
Rumah ini bukan sekedar ikon budaya namun juga tempat tinggal tetua adat. Bagian dalamnya dibagi ke dalam beberapa ruang utama yang disebut Sekey, Lesar dan Pores. Lesar adalah bagian depan yang digunakan tetua adat apabila hendak memberikan wejangan pada warga. Bagian ini disebut pula teras atau beranda karena tidak adanya dinding sehingga bisa dijadikan tempat mengobrol. Sekey atau disebut juga serambi depan dilengkapi dinding tertutup dari kayu yang letaknya persis di depan pintu masuk setelah Lesar. Fungsinya adalah untuk menerima tamu, tempat digelarnya upacara adat serta mengadakan musyawarah. Pores berada setelah Sekey dan fungsinya sama seperti ruangan keluarga, yaitu tempat di mana anggota keluarga saling bercengkerama bersama.
Provinsi Sulawesi Barat
Rumah Boyang menjadi rumah adat asal Provinsi Sulawesi Barat. Strukturnya adalah rumah panggung dengan material kayu. Rumah ditopang tiang kayu balok berukuran 2 meter yang sekaligus menopang atap rumah. Tiang tidak akan ditancapkan ke tanah melainkan ditumpangkan di atas batu datar sehingga kayu tidak akan cepat lapuk. Struktur rumah panggung ini turut dilengkapi dua buah tangga, satu di depan dan satu lagi di belakang. Tangga-tangga ini juga berjumlah ganjil, biasanya adalah antara 7 hingga 13 anak tangga. Dinding dan lantai akan menggunakan material papan dan khusus untuk dinding akan digunakan papan yang diukir sesuai motif khas dari suku Mandar. Dindingnya dilengkapi jendela dan atapnya berbentuk prisma yang memanjang dari depan ke belakang serta terbuat dari daun rumbia.
Rumah Adat Sulawesi Tengah
Dari Provinsi Sulawesi Tengah, ada rumah adat khas bernama Rumah Tambi. Ciri khasnya antara lain adalah bentuk persegi panjang serta arsitektur rumah panggung. Bahan dasar pembuatannya adalah kayu serta batu alam. Semakin tinggi Rumah Tambi, maka makin tinggi pula status sosial dari si pemilik rumah. Tiang penyangga rumah sendiri berukuran pendek dan tingginya tidak sampai satu meter. Tiang-tiang ini berjumlah sembilan buah serta dilekatkan satu sama lain menggunakan balok kayu yang telah dipasak. Bahan kayu untuk tiang ini adalah kayu bonati yang teksturnya kuat serta tahan lapuk.
Tiang rumah akan menyangga lantai serta kerangka rumah dengan menopang pondasi batu persegi ukuran besar di bawahnya. Lantai rumah terbuat dari papan dengan susunan yang saling berdekatan. Luas lantai kira-kira adalah 5 x 7 meter. Bagian paling unik dari Rumah Tambi ialah susunan atapnya. Atap ini berbentuk prisma serta sudutnya kecil di bagian atas sehingga menampilkan kesan tinggi namun tetap mampu menaungi tiap bagian rumah. Atapnya sendiri terbuat dari ijuk yang memanjang ke bawah sehingga sekaligus menjadi dinding luar. Akses keluar masuk rumah akan melalui sebuah tangga di bagian depannya. Pada tangga serta pintunya akan ada ukiran motif suku etnik yang dijadikan hiasan.
Rumah Adat Sulawesi Tenggara
Rumah adat Buton Malige ialah nama rumah adat Provinsi Sulawesi Tenggara. Ciri khasnya adalah karakteristik arsitektur unik dan dibuat dengan empat lantai serta dilengkapi teknik konstruksi kayu yang tetap kuat walau tanpa pasak serta paku. Rumah ini sering pula disebut sebagai Istana Kesultanan Buton dan menjadi ciri khas dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Di zaman Kesultanan Buton, di mana tiap raja atau sultan yang menjabat maka akan membangun sendiri istananya. Julukan Kamali pada rumah diberikan apabila raja atau sultan tinggal bersama istri pertama atau permaisuri, sementara julukan Malige adalah julukan bagi Sultan Buton yang berkuasa.
Rumah adat ini dibangun menggunakan pondasi batu alam yang bernama sandi. Sandi tidak akan ditanam dalam tanah namun diletakkan begitu saja tanpa adanya perekat. Fungsi dari pondasi ini adalah sebagai peletakkan tiang bangunan. Di antara sandi serta tiang akan dibatasi satu hingga dua papan alas dengan ukuran yang disesuaikan diameter tiang serta sandi. Fungsinya adalah sebagai pengatur keseimbangan bangunan. Terdapat empat lantai pada rumah ini, di mana lantai pertama ukurannya lebih besar dari lantai kedua dan lantai keempat lebih lebar dari lantai ketiga. Ini artinya, semakin ke atas rumah akan semakin kecil, namun di lantai keempat rumah akan sedikit melebar.
Rumah Adat Gorontalo
Nama Rumah adat asal Gorontalo adalah Dolohupa yang memiliki ciri atap berseni serta struktur bangunan seperti rumah panggung. Sebagian besar material utamanya adalah kayu asli. Rumah panggung dipilih karena merupakan gambaran dari badan manusia di mana atap adalah kepala, badan rumah adalah badan manusia dan pilarnya menggambarkan kaki. Bentuk rumah panggung sekaligus akan menghindari banjir yang sering terjadi. Rumah ini dibangun di atas prinsip serta kepercayaan khusus. Atapnya yang terbuat dari jerami dan bentuk seperti pelana bersusun dua menggambarkan syariat serta adat dari penduduk Gorontalo. Atap bagian atas sekaligus menggambarkan kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Esa.
Atap bagian bawah adalah gambaran kepercayaan penduduk Gorontalo akan adat istiadat dan juga budaya. Puncak atapnya terdapat dua batang kayu dengan posisi saling bersilang yang disebut Talapua. Talapua dipercaya akan bisa menangkal roh jahat, akan tetapi seiring perkembangan zaman serta kepercayaan Islami, Talapua ini tak lagi dipasang. Di bagian dindingnya akan terdapat Tange Lo Bu’ul yang digantung di samping pintu masuk serta menggambarkan kesejahteraan penduduk. Bagian dalamnya terbuka karena memang tidak ada banyak sekat. Bagian dalam rumah juga terdapat sebuah anjungan dan dikhususkan untuk tempat istirahat para raja.
Rumah Adat Papua Barat
Rumah adat dari Provinsi Papua Barat ialah Honai. Rumah ini masih sangat tradisional karena dibuat dari kayu serta ilalang. Ukurannya minimalis dan sempit serta tidak dilengkapi jendela. Tujuannya adalah agar rumah bisa tetap hangat walau udara sedang cukup dingin di luar.
Masyarakat Papua memang banyak yang berdiam di daerah pegunungan, sehingga arsitektur Honai menyesuaikan cuaca setempat.
- Kesimpulan tentang 34 rumah adat dan asalnya di Indonesia
Itulah ragam rumah adat yang ada di Indonesia dari ujung barat hingga ujung timur. Mengetahui nama-nama rumah tersebut bisa jadi tambahan pengetahuan bagi kita semua. Rumah adat sekaligus adalah bagian dari budaya yang harus dipertahankan dan dilestarikan, mengingat rumah adalah identitas khas dari suatu suku di provinsi tertentu. Bentuk bangunannya akan menunjukkan ciri khas dari suku tersebut dan namanya juga sering menggunakan bahasa daerah dari tempat asalnya. Walau kini di beberapa daerah, rumah adat ini sudah mulai jarang ditemukan dan terbilang langka. Namun ada juga beberapa daerah yang terbilang masih sangat berpegang teguh pada adat seperti Bali, Kalimantan dan Papua. Di daerah-daerah tersebut, rumah adat masih terbilang mudah untuk ditemukan dan dijadikan sebagai tempat tinggal.