Pakaian Adat 34 Provinsi Beserta Gambarnya – Provinsi Dengan terbaginya Indonesia menjadi 34 provinsi, tidak heran bila negara ini memiliki warisan budaya yang begitu besar dan mengagumkan. Indonesia sudah puluhan tahun berdiri tegak dengan perbedaan suku dan adat di setiap wilayahnya. Bahkan perbedaan ini menjadi kekayaan terbesar bagi negara agraris ini. Jadi tidak heran bila pakaian adat atau baju adat akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Keunikan pakaian Adat Indonesia ini tidak lepas juga dari pengaruh kerajaan yang pernah berdiri di seluruh pelosok nusantara, dan juga pengaruh penjajahan asing dan pedagang kuno. Seperti di area yang dekat dengan jalur sutera misalnya, area ini memiliki komposisi kebudayaan yang kental, misalnya pengaruh China, Arab, India hingga Eropa.
Menurut sejarah, akulturasi budaya ini terjadi karena beberapa hal. Banyak juga pendatang yang menetap di wilayah nusantara dan memutuskan untuk menjadi pedagang dan menikah dengan penduduk lokal. Jadi tidak heran bila baju adat di negara kita memiliki banyak variasi di setiap provinsinya. Misalnya saat jaman kerajaan yang lekat dengan sentuhan Hindu, namun ketika agama Islam masuk di tanah air, baju adat ini pun mengalami banyak modifikasi. Selain itu, di beberapa wilayah yang berdekatan terkesan memiliki dasaran yang sama, misalnya kebaya dan baju khas Melayu. Namun yang menjadi pembeda adalah sentuhan budaya yang melekat pada saat itu.
Sebagai generasi penerus, setidaknya kita tahu dan menyebarkan keindahan pakaian ini. Berikut daftar pakaian adat 34 provinsi beserta gambarnya.
Nama-Nama Pakaian Adat 34 Provinsi Beserta Gambarnya
1. Baju Adat atau Pakaian Adat Nanggroe Aceh Darussalam (Ulee Balang)
Ulee Balang dahulu kala digunakan oleh raja beserta keluarganya dan terdiri dari satu paket pakaian untuk pria dan wanita. Untuk para pria, baju atau pakaian adat Aceh ini disebut Linta Baro, sementara wanita dinamakan Daro Baro.
Untuk Linta Baro sendiri terdiri dari atasan (Baju Meukasah), celana panjang (Siluweu), Sarung (Ijo Krong), sebilah senjata khas Aceh (Rencong) dan juga penutup kepala (Meukeutop).
Karena ini sejatinya merupakan baju pemerintahan, tentu saja ada tingkatanya. Menurut sejarah, Ulee Balang ini diperkirakan sudah populer sejak kerajaan Perlak dan Samudra Pasai.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Aceh
2. Baju atau Pakaian Adat Sumatera Utara (Ulos)
Ulos bagi masyarakat Batak dianggap memiliki sisi magis yang sangat kental. Pakaian adat dari Sumatera Utara ini sejatinya terbagi menjadi 7 bagian, dari Mandailing, Batak Toba, Nias dan Adat Karo.
Ulos sendiri merupakan kain khusus dengan motif yang khas. Kain Ulos ini menjadi ciri khas masyarakat Batak di kancah nasional. Karena daerah ini memiliki penduduk yang heterogen, tentu saja penerapan kain Ulos memiliki perbedaan.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Sumatera Utara
3. Baju atau Pakaian Adat Sumatera Barat (Bundo Kanduang dan Penghulu)
Untuk pakaian Adat Sumatera Barat terbagi menjadi dua macam, yaitu Bundo Kanduang dan Pakaian Penghulu. Uniknya, semua bagian baju adat ini dan aksesorisnya memiliki simbol tertentu. Terlebih, secara kultural masyarakat Sumatera barat sangat menjunjung tinggi peran seorang ibu, dilihat dari kisah suku Minangkabau yang diturunkan secara turun-temurun seperti Malin Kundang. Makanya salah satu nama pakaian adat dari wilayah ini bernama Bundo Kanduang yang artinya ibu dari raja. Uniknya lagi, baju adat khas Sumatera Barat ini sangat identik dengan penutup kepala yang menyerupai tanduk.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Sumatera Barat
4. Baju atau Pakaian Adat Riau
Masyarakat Melayu Riau memiliki 4 jenis baju adat dengan fungsi yang berbeda-beda. Namun demikian, pakaian adat yang paling sering dipakai dan menjadi kebanggaan nasional adalah baju adat Melayu Riau.
Selain itu, orang riau membagi baju adatnya untuk beberapa kegiatan. Baik keseharian, resmi, upacara adat dan perkawinan memiliki ciri khas yang berbeda. Nah, pakaian keseharian juga masih dibedakan lagi menurut umur pemakaianya; anak-anak, dewasa dan orang tua sangat berbeda. Untuk baju keseharian anak-anak di sana disebut baju monyet.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Riau
5. Baju atau Pakaian Adat Kepulauan Riau (Kebaya Labuh dan Teluk Belanga)
Untuk pakaian orang Kepulauan Riau sendiri Kebaya labuh dan Teluk Belanga menjadi satu-satunya pakaian tradisional yang hanya ada di kepulauan ini. Jaman dahulu, lokasi mereka menjadi tempat paling strategis di jalur pelayaran sehingga menjadikan pakaian adat mereka khas akibat mengalami akulturasi budaya dari berbagai negara; China, Eropa dan Arab. Makanya, baju adat mereka begitu khas dengan perpaduan budaya dari negara berbeda.
6. Baju atau Pakaian Adat Jambi (Pakaian Melayu Jambi)
Pakaian adat provinsi Jambi masih sama dengan Pulau Sumatera lainnya, yakni baju adat Melayu. Namun, untuk wilayah Jambi, baju tradisional mereka lebih mewah karena disulam dengan benang keemasan dan berbagai hiasan mewah untuk kelengkapan pakaian ini.
Apa keunikan pakaian adat jambi ? Untuk baju adat pria Jambi meenggunakan penutup kepala yang dibuat dari beludru mewah. Di dalamnya ada kertas karton yang berfungsi membuat penutup kepala ini tegak. Untuk pakaiannya menggunakan baju Kurung Tanggung yang juga terbuat dari beludru.
Sementara untuk pakaian wanitanya hampir sama dengan pria, yaitu berupa baju kurung dengan bahan beludru. Bagian-bagian lainnya meliputi selendang, teratai dada, pending, sabuk dan selendang.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Jambi
7. Baju atau Pakaian Adat Sumatera Selatan (Aesan Gede)
Aesan Gede ini terinspirasi dari kerajaan Sriwijaya yang dulu sempat mengalami kejayaan di Sumatera Selatan. Selain Aesan Gede, ada Aesan Pasangko yang dijadikan kebanggan masyarakat sini.
Busana khas Sumatera Selatan ini sangat megah dengan ciri khas yang melambangkan kebesaran provinsi ini. Untuk pakaian wanita Aesan Gede, wanita menggunakan songket Palembang dengan bahu dan dada yang ditutupi terate. Pria pun juga sama, namun mereka mengenakan bawahan songket yang bermotif pucuk rebung.
Hal lain yang menjadi ciri khas Aesan Gede adalah saputangan segitigo yang digantungkan di jari tengah kanan, sementara perempuan di jari kelingking. Sapu tangan ini berbahan beludru dan berhias melati emas.
8. Baju atau Pakaian Adat Bangka Belitung (Paksian)
Pakaian adat khas Bangka Belitung didominasi warna merah dan hiasan keemasan. Baju adat bernama Paksian ini ternyata juga mendapatkan pengaruh China, Arab dan Melayu karena tempat ini terkenal dengan wilayah perdagangan.
Ada juga yang menyebut baju kebesaran Bangka Belitung ini dengan nama Baju Seting dan Kain Cual. Kain Cual sendiri sebenarnya adalah kain songket Palembang namun memiliki motif dan hiasan yang berbeda.
Paksian sendiri sebenarnya adalah mahkota besar yang berornamen keemasan. Untuk lelaki, mereka memakai sorban khusus bernama Sungkon.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Bangka Belitung
9. Baju atau Pakaian Adat Bengkulu
Keunikan pakaian adat bengkulu Sama seperti Bangka Belitung, pakaian adat provinsi Bengkulu didominasi warna merah, hanya saja merah menyala dengan aksesoris keemasan. Ornamen bulat-bulat pipih ini dijahit begitu cantik di bagian atasan.
Untuk pakaian pria terdiri dari sarung, jas, celana panjang, alas kaki, keris dan penutup kepala. Kendati demikian, baju adat mereka tetap mendapatkan sentuhan Melayu karena akulturasi budaya. Tak heran bila pakaian tradisional provinsi ini memiliki konsep yang sama seperti baju kebanggaan Melayu lainnya dengan kombinasi baju kurung, celana, songket dan mahkota.
10. Baju atau Pakaian Adat Lampung (Tulang Bawang)
Pakaian tradisional Lampung memiliki perbedaan mencolok, terutama area pesisir dan tengah. Akan tetapi mereka sejatinya memiliki ciri khas yang hampir mirip, yaitu logam kuningan dan kain tapis. Kain tapis ini ditenun secara manual dengan warna keemasan dan motif geometris. Inspirasi dari busana kebesaran ini dari kerajaan Tulang Bawang. Dengan tampilan yang sangat glamour dan bersahaja.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Lampung
11. Baju atau Pakaian Adat DKI Jakarta
Beranjak ke tanah Jawa, adalah pakaian khas betawi untuk DKI Jakarta. Keunikan pakaian adat DKI Jakarta, pakaian ini banyak dipengaruhi oleh masyarakat Jakarta dan beberapa negara lain seperti China, Melayu, Arab dan Barat. Disamping itu, pakaian adat khas betawi ada banyak sekali macamnya, tergantung kapan akan digunakan.
Paling umum kita melihat pria betawi memakai setelan jas dan celana panjang kemudian dililiti kain songket ditambah penutup kepala khas betawi. Uniknya lagi, ada ornamen keemasan di sekitar dada seperti kalung yang ditalikan ke salah satu kancing baju bagian batas.
Untuk perempuan betawi, mereka mengenakan kebaya dengan bawahan kain dan juga penutup kepala menyerupai kerudung. Meskipun sederhana, baju adat betawi sangat bersahaja dan cantik.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat DKI Jakarta
12. Baju atau Pakaian Adat Jawa Barat (Kebaya dan Sakapura)
Pakaian adat provinsi Jawa Barat juga identik dengan kebaya yang juga dipakai oleh berbagai kalangan dan digunakan untuk berbagai keperluan. Namun secara umum, pakaian adat Jawa Barat ini terbagi menjadi tiga; rakyat, menengah dan bangsawan. Tentunya ini dulu dibedakan berdasarkan corak dan modelnya.
Sementara untuk baju pengantin, Jawa Barat memiliki baju adat bernama Sakapura. Namun untuk pengantin wanita pada dasarnya terdiri dari kebaya putih yang dihiasi dengan ornamen cantik.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Jawa Barat
13. Baju atau Pakaian Adat Banten (Pangsi)

Pakaian Adat Banten
Sampai sekarang kita masih bisa melihat baju tradisional untuk kegiatan sehari-hari karena suku Baduy masih memakainya. Pakaian ini didominasi warna putih yang melambangkan kesucian. Sementara untuk pengantin, pakaian adat provinsi Banten juga masih dipengaruhi oleh kebaya dan baju koko berkerah. Bedanya hanya terletak pada aksesorisnya.
14. Baju atau Pakaian Adat Jawa Tengah
Tak jauh dari Jawa Barat dan DKI Jakarta, pakaian adat Jawa Tengah juga dipengaruhi kebaya. Namun daerah ini memiliki motif batik yang sangat khas dan mengandung makna tertentu. Bahkan untuk pernikahan pun, batik yang dipakai juga menggunakan motif berbeda.
Untuk pakaian pengantin, Jawa Tengah punya baju kebesaran bernama Jawi Jangkep dan Kebaya. Baju ini terdiri dari atasan yang terbuat dari kain beludru dengan hiasan motif keemasan. Baju ini dipadukan dengan batik untuk bawahan, keris (untuk pengantin pria) dan hiasan semacam kembang goyang di bagian kepala. Selain itu, Jawi Jangkep dan Kebaya milik Jawa Tengah ini terkenal dengan keanggunannya dan kebesarannya.
Keunikan baju adat Jawa Tengah ini terletak dari simbolik setiap pakaian yang dikenakan. Apa lagi bila ini berkaitan dengan baju pengantin. Setiap pergantian ritual pasangan pengantin diharuskan ganti baju. Umumnya, untuk Jawa Tengah kita lebih familiar dengan Jawi Jangkep dan kebaya.
Jawi jangkep adalah pakaian pria yang terdiri atas beskap, jarik, blangkon dan keris. Untuk wanitanya seperti yang dijelaskan sebelumnya, wanitanya memakai kebaya yang terbuat dari sutera brokat, beludru, katun atau nilon.
Saat acara midodareni, pengantin pria akan mengenakan Jawi Jangkep dan wanitanya memakai sawitan dan terus berganti pakaian sesuai dengan ritual yang dilakukan.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Jawa Tengah
Perbedaan Baju atau Pakaian Adat Jawa dan Solo
Meskipun dua daerah ini sama-sama berada di Jawa Tengah dan menjunjung tinggi nilai luhur kejawen, namun tetap ada perbedaan mencolok yang harus digaris bawahi.
- Perbedaan ini dimulai dari blankon. Blangkon Jogja bentuknya lebih menonjol dari pada Solo.
- Ke-dua adalah pakaiannya. Orang Yogyakarta memakai Surjan dan Solo memakai bekas. Disamping itu bentuk kerisnya juga berbeda jauh.
- Untuk riasan wanita, orang Solo memakai bokor mengkurep yang dihias dengan melati. Sementara Yogyakarta pakai paes ageng.
Dalam kegiatan sehari-hari masyarakat Jawa Tengah memakai kemben untuk wanita dengan ‘sewek’, yang sebenarnya selembar kain batik yang dililitkan dengan ‘centing’ supaya tidak melorot. ‘Centing’ ini juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan uang. Sementara para pria memakai celana panjang yang dikombinasikan dengan kemeja jarik ‘teki’, sebuah kemeja yang memiliki motif garis lurus lalu dipadukan dengan blangkon. Kadang juga kemeja tanpa motif yang dibiarkan terbuka tanpa dikancingkan.
15. Baju atau Pakaian Adat D.I.Y Yogyakarta (Kesatrian)
Tak kalah dengan Jawa Tengah, pakaian adat D.I.Y Yogyakarta juga terkenal sangat anggun dan agung. Namun baju-baju khas daerah ini diatur dalam sebuah hukum adat berpakaian. Namun secara keseluruhan, pakaian adat ini teridiri dari baju sorjan (batik dan blangkon) dan kebaya dikombinasikan dengan kain batik.
Sementara untuk wilayah keraton, pakaian adat provinsi D.I.Y Yogyakarta bernama baju ageng.
16. Baju atau Pakaian Adat Jawa Timur (Pesa’an)
Pakaian adat khas Madura menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Jawa Timur. Unsur kesederhanaanya sangat kental dengan nilai filosofis yang tinggi. Simbol yang tertuang dalam pakaian khas Madura ini menggambarkan kekuatan suku Madura dan masyarakat Jawa Timur. Sementara baju mantenan adalah baju adat yang dipakai untuk prosesi pernikahan.
Baju keseharian masyarakat Jawa Timur dulu, terutama Madura biasanya menggunakan kebaya warna merah dan batik bercorak merah putih. Sementara pria mengenakan pakaian serba hitam dengan atasan yang terdiri dari kemeja dan dalaman seperti kaos berwarna merah putih dikombinasikan dengan udeng khas Madura.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Jawa Timur
17. Baju atau Pakaian Adat Bali
Pakaian adat Bali memiliki keragaman yang khas dan diatur dalam hukum adat untuk cara pakainya. Hal ini termasuk ornamen, simbolik, jenis kelamin, strata dan juga kapan digunakan. Uniknya, status sosial seseorang bisa diketahui dari baju yang ia kenakan.
Secara garis besar, masyarakat Bali mengenakan udeng (ikat kepala), kampuh (saput), umpai (selendang pengikat) dan baju untuk pria Bali. Untuk wanita terdiri dari senteng, kamen, bulang pasang, sanggul dan bunga.
Sampai sekarang, baju tradisional Bali ini masih sering digunakan, terutama saat akan pergi sembahyang, upacara kematian, perayaan hingga kegiatan sehari-hari.
Nah, untuk hari-hari spesial seperti pengantin atau ucapara adat, ada beberapa jenis lagi yang harus kita tahu. Antara lain:
Pakaian Adat Bali Payas Agung
Payas Agung kerap dipakai saat resepsi pernikahan yang memiliki desain mewah dan dominasi warna keemasan. Kesan yang ditampilkan oleh baju tradisional ini yaitu kegembiraan dan kebahagiaan yang ditunjukkan oleh pengantin.
Pakaian Adat Bali Payas Jangkep
Payas jangkep terbagi atas destar, kuaca (lengan panjang, lengan pendek atau jas), sabuk, keris, kampuh dan umpal, alas kaki dan juga wastra. Untuk wanitanya mengenakan sanggul rambut dikombinasikan wastra, sabuk, alas kaki dan kebaya. Payas ageng ini sangat mewah dan agung saat dikenakan.
Pakaian Adat Bali Payas Madya
Untuk Payas Madya, pria Bali menggunakan sabuk, alas kaki, kain panjang, kampuh dan umpal. Sementara wanitanya memakai wastra, stagen, kebaya, alas kaki dan sesanteng.
Pakaian Adat Bali Payas Alit
Payas Alit untuk pria terdiri dari wastra, selempot, sabuk, baju dan alas kaki. Sementara wanitanya memakai sesanteng atau baju.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Bali
18. Baju atau Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat (Lambung dan Pegon)
Di wilayah Nusa Tenggara Barat, ada dua suku yang besar yang tinggal di wilayah ini, yaitu suku Sasak dan suku Bima. Kedua suku ini memiliki ciri khas yang berbeda dalam hal berpakaian.
Secara garis besar, gaya berpakaian masyarakat Nusa Tenggara Barat dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Untuk suku Sasak wanita, pakaian adatnya bernama Lambung. Lambung ini terdiri dari baju hitam yang tidak memiliki lengan dengan kerah berentuk ‘V’. Kemudian, dipinggiran baju ada juga hiasan cantik.
Lambung terbuat dari kain pelung dan cara pakainya dikombinasikan dengan selendang yang diletakkan di bahu kanan. Selendang ini sebenarnya songket khas suku Sasak, lalu dikombinasikan dengan aksesoris lainnya.
Pakaian adat lambung ini kerap dipakai oleh gadis Sasak untuk menyambut tamu dan juga upacara adat.
Sementara untuk pria menggunakan yang namanya baju Pegon. Pegon ini adalah variasi jas Eropa dengan domiasi kain berwarna gelap berbentuk kemeja lengan panjang dan digunakan untuk berbagai keperluan adat.
19. Baju atau Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur (Ti’i Langga)
Provinsi NTT atau Nusa Tenggara Timur didominasi oleh 7 suku asli, antara lain suku Helong, suku Sabu, suku Rote, suku Atoni, suku Dawan, suku Sumba, suku Lio dan suku Manggarai. Ketujuh suku ini memiliki adat istiadat dan cara berpakaian yang berbeda. Namun demikian, untuk baju kebesaran dan baju kebanggaan nasional, provinsi NTT memilih pakaian dari suku Rote dengan desain yang sangat estetis dan penuh warna. Baju adat dari merekalah yang disebut dengan Ti’l Langga.
Ti’l Langga adalah pakaian adat yang terdiri dari penutup kepala dengan bentuknya yang khas seperti kepunyaan orang Meksiko. Tutup kepala ini terbuat dari daun lontar kering dan dipakai oleh para pria. Sementara itu, topi tersebut kerap dipakai untuk berbagai kegiatan dan pelengkap penampilan. Bahkan Ti’l Langga adalah simbol kepercayaan diri dan wibawa pria Rote.
Kalau berkunjung ke daerah provinsi Nusa Tenggara Timur, topi Ti’i Langga merupakan souvenir khas daerah sana dan sudah terkenal di seluruh penjuru dunia.
20. Baju atau Pakaian Adat Kalimantan Barat
Dengan dominasi suku Dayak dan suku Melayu, pakaian adat Kalimantan Barat memiliki ciri yang khas. Apa keunikan pakaian adat kalimantan barat? Nah, untuk baju adat kebanggaan provinsi ini diambil dari suku Dayak bernama King Bibinge dan King Baba. Pakaian adat ini dihiasi motif khas kalimantan lengkap dengan penutup kepala dan hiasannya.
King Bibinge adalah pakaian adat untuk wanita, sementara King Baba adalah untuk pria. Uniknya, pakaian adat milik suku ini terbuat dari kulit kayu dengan hiasan manik-manik dan kalung yang dibuat dari bulu-bulu burung, bebijian dan bahan lainnya.
Baju adat King Baba terdiri dari penutup kepala yang dihiasi bulu burung enggang, celana panjang, baju tanpa lengan, ikat pinggang yang menjuntai sampai lutut dan kain. Sementara King Bibinge terdiri dari kain penutup dada dengan hiasan manik-manik. Kemudian pakaian ini dipercantik dengan gelang, hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung enggang dan kalung.
Bagi masyarakat Dayak, pakaian adat ini dipakai di berbagai upcara keagamaan.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Dayak
21. Baju atau Pakaian Adat Kalimantan Tengah (Baju Sangkarut)
Daerah Kalimantan Tengah dihuni oleh suku Dayak Ngaju yang terkenal dengan pakaian adat bernama baju sangkarut. Mirip seperti wilayah Kalimantan Barat, baju ini terdiri dari rompi yang juga dibuat dari serat kayu.
Setelah serat kayu ini diolah, baju tersebut akan diwarnai dengan pewarna alami kemudian dihiasi pernak-pernik uang logam, kulit trenggiling, kancing dsb. Untuk bawahannya, pakaian adat ini dikenakan dengan cawat dan dilengkapi dengan senjata khas suku mereka seperti Mandau, tombak dan perisai.
Pembuatan pakaian adat ini pada perkembangannya tidak terbatas pada kulit kayu saja. Namun mereka juga menggunakan rerumutan, rotan hingga akar tumbuhan yang kemudian diolah menjadi kain. Sekarang, baju adat suku Dayak Ngaju dipadukan dari kulit kayu dan serat alam. Serta mereka mengkombinasikan hiasan arguci, logam dan keramik yang diperkenalkan oleh orang Cina dan India. Kalau sebelumnya mereka menggunakan kayu, biji, bulu dan tulang.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Kalimantan Tengah
22. Baju atau Pakaian Adat Kalimantan Selatan (Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut)
Untuk provinsi Kalimantan Selatan, wilayah ini populer dengan keberadaan suku Banjar. Selain pakaian adat Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut ada juga Pengantin Galung Pancar Matahari, Pengantin Babaju Kubaya Panjang dan Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan.
- Bagajah Gamuling Baular Lulut memiliki keeksotisan yang khas dengan hiasan roncean bunga melati serta mawar. Busana ini berkembang di Kalimantan Selatan sekitar jaman kerajaan Hindu. Berbeda dengan pakaian adat khas Kalimantan lainnya, Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut ini dikemas begitu klasik dan terlihat sekali sentuhan Hindunya. Terlihat dari wanita yang memaki udat atau kemben, dimana kita juga melihatnya pada daerah lain yang memiliki sejarah Hindu, seperti Bali.
- Baamar Galung Pancar Matahari sendiri mulai berkembang setelah munculnya agama Islam di provinsi Kalimantan Selatan. Para wanita yang memakai Baamar Galung Pancar Matahari ini mengenakan Amar, yang artinya mahkota kecil dan kalau di sumatera disebut Sunting.
- Babaju Kun (Hwa Kun) Galung Pacinan, pakaian adat ini dipengaruhi oleh kebudayaat China dan Gujarat. Sekilas, baju adat ini mirip sekali dengan baju pengantin orang Betawi.
- Babaju Kubaya Panjang sendiri lebih mirip kebaya panjang dan digunakan sebagai baju kebesaran pengantin.
23. Baju atau Pakaian Adat Kalimantan Timur
Kalimantan Timur Sendiri terbagi menjadi dua entitas besar, suku Kutai dan suku Dayak. Karena itu, dua suku ini memiliki baju adat yang berbeda dimana orang Kutai memakai baju Kustin dan suku Dayak mengenakan Ta’a dan Sapei Sapaq.
Ta’a digunakan oleh suku dayak wanita yang dihiasi dengan da a, ikat kepala yang terbuat dari daun pandan. Ikat kepala ini umumnya akan dipakai orang tua. Sementara baju atasannya bernama sapei inoq dan ta a untuk bawahannya.
Untuk pria mereka mengenakan Sapei Sapaq dengan corak yang mirip dengan busana ta’a.Hanya saja ada rompi di bagian atas dan cawat/abet kaboq (berupa celana pendek ketat). Sementara aksesorisnya, mereka menggunakan mandau yang diikat dipinggang.
Disamping itu, corak pakaian adat khas orang Dayak Kenyah ini terinspirasi dari alam, seperti tumbuhan, harimau dan burung enggang.
Untuk suku Kutai, mereka mengenakan baju adat kustin yang dulunya dipakai oleh orang kalangan menengah ke atas di jaman kerajaan Kutai Kartanegara. Bahan utama kustin ini terbuat dari beludru warna hitam dengan lengan panjang dan kerah tinggi. Untuk pria biasanya dikombinasi tutup kepala berbentuk bundar dan dodot bambu. Sedangkan wanita dilengkapi sanggul mirip orang Jawa, namun dibagian puncaknya ditambah aksesoris berbahan sutera bernama kelibun.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Kalimantan Timur
24. Baju atau Pakaian Adat Kalimantan Utara
Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang paling muda karena lahir dari pemekaran dari Kalimantan Timur. Makanya, budaya dan adat istiadat provinsi ini tidak jauh berbeda, termasuk cara berpakaiannya karena penduduknya didominasi oleh suku Dayak.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Kalimantan Utara
25. Baju atau Pakaian Adat Sulawesi Barat (Lipa Saqbe Mandar)
Sulawesi Barat didominasi oleh 4 suku bangsa, suku Bugis, suku Toraja, suku Mandar dan suku Makassar. Dari keempat suku ini, suku Mandar menduduki populasi paling banyak, yaitu 50.
Lipa Saqbe Mandar merupakan sarung sutera Mandar yang menjadi baju kebesaran Sulawesi Barat dengan ciri khas dan corak yang spesial. Pakian adat ini terdiri dari baju rawang bako dan Lipaq Saqbe yang dijadikan bawahan. Baju Boko sendiri merupakan baju kurung yang dibuat dari kain berwarna cerah. Sementara sarung Lipa Saqbe sendiri motifnya bisa dibuat bermacam-macam, antara lain sureq limboro, sureq puang lembang, sureq maraqdia, sureq pangulu, sureq batu dadzima dsb. Selain untuk menambah nilai estetika, perbedaan sarung ini juga sebagai identitas sosial.
Untuk penghias kepala, rambut wanita Mandar akan menambahkan bunga emas dan bando berbentuk bunga (gal). Selain itu, aturan pakainya juga disesuaikan dengan adat yang berlaku sesuai dengan strata sosial.
Selain hiasan di kepala, wanita mandar juga mengenakan hiasan lainnya, misalnya Kawari, tombi sare-sare, tombi diana, dali dan tombi tallu. Untuk pemakaian Kawari ada beberapa aturan sesuai hukum adatnya. Golongan bangsawan memakai 4 buah kawari, sementara golongan menengah memakai 2 buah kawari saja.
Untuk prianya, Suku Mandar terbilang sangat sederhana. Mereka hanya memakai jas dengan celana panjang dan kain sarung khas suku Mandar.
26. Baju atau Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah terbagi didominasi oleh 8 suku besar, yaitu suku babasal, suku bugis, suku mori, suku saluan, suku toli toli, suku pamona dan suku gorontalo. Nah, dengan kayanya suku bangsa yang ada di sini, tentunya ada beberapa pakaian adat yang kita kenal:
Pakaian Adat Milik Suku Kaili
Pakian adat suku Kaili bernama Baju Koje (pria) dan Baju Nggembe (wanita). Baju ini sering digunakan saat pesta atau upacara adat. Keunikan baju Nggembe ini terletak pada aksesoris yang terdiri dari gemo, sampo dada, ponto date, pende dan dali taroe. Bawahannya, baju ini dilengkapi sarung tenun doggala yang disebut Buya Sabe Kumbaja.
Sementara para bujang menggunakan Baju Koje dan Puruka Pajana. Baju koje adalah atasan kemeja dengan kerah tegak dan lengan panjang. Untuk puruka Pajana sendiri adalah celana lebar yang dilengkapi sarung dan dililitkan pada pinggang. Disamping itu, pemuda kaili akan memakai keris dan siga yang diselipkan di pinggang.
Pakaian Adat Milik Suku Mori
Baju adat suku Mori ini bernama Lambu. Untuk perempuan mereka memakai rok merah panjang dengan blus berlengan panjang lalu dihiasi dengan konde, anting, gelang dsb. Sementara para pria suku Mori ini memakai penutup kepala, celana panjang, kemeja dan sulepe (ikat pinggang) yang kesemuanya didominasi warna merah.
Pakaian Adat Milik Suku Toli-toli
Di kabupaten Toli Toli, mereka memakai pakaian adat bernama Buol. Para wanita suku ini memakai blus lengan pendek dan berhias manik-manik serta pita emas. Untuk pelengkap mereka menggunakan sarung yang dililit sebatas lutut, celana panjang dngan hiasan puyuka, selendang, ikat pinggang dan aksesoris lainnya. Sementara pria memakai kemeja berkerah tegak, celana panjang dan dilengkapi penutup kepala bernama bsonggo.
Pakaian Adat Milik Suku Saluan
Baju adat suku Saluan bernama Nu’boune dan rok Mahantan. Nu’boune adalah blus warna kuning yang berhias bintang, sedangkan rok Mahantan adalah rok dengan panjang sampai mata kaki. Para pria kebanyakan memakai aksesoris seperti sarung dan topi dan memakai Nu’moane serta Koja.
27. Baju atau Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
Penduduk asli Sulawesi Tenggara adalah suku Tolaki. Suku ini memiliki pakaian adat bernama Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai.
Babu Nggawi adalah pakaian adat untuk wanita yang terdiri dari lipa hinoru (atasan) dan roo (bawahan) yang dilengkapi dengan aksesoris cantik. Atasan lipa hinoru ini bentuknya seperti blus dengan bahu terputus. Sedangkan untuk roo adalah rok yang panjangnya mencapai mata kaki yang dihiasi manik-manik keemasan di bagian depan dengan berbagai motif, misalnya pinetobo, motif pinesowi dan motif pineburu mbaku.
Untuk Babu Nggawi Langgai merupakan pakaian adat untuk pria dan terdiri dari atasan lengan panjang dengan bagian depan yang terbuka. Terdapat juga hiasan keemasan di sekitar belahan paju, leher dan lengan. Untuk atasannya ini dinamakan babu kandiu, sedangkan bahwannya mereka memakai celana panjang dengan belahan hingga 10-15 cm. Celana ini bernama saluaro ala.
Kelengkapan lain untuk baju adat Sulawesi Tenggara khusus pria antara lain sulepe, pabele, sapu ndobo, leko.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
28. Baju atau Pakaian Adat Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki pakaian tradisional bernama baju Bodo yang kerap dipakai oleh wanita Bugis di sana. Apa keunikan pakaian adat sulawesi selatan? Baju bodo ini berbentuk segi empat dan berlengan pendek (lengannya sampai siku lengan). Uniknya, baju Bodo ini juga dikenal sebagai salah satu busana tertua di dunia.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Sulawesi Selatan
29. Baju atau Pakaian Adat Sulawesi Utara (Laku Tepu)
Pakaian Adat Sulawesi Utara bernama Laku Tepu yang kerap dipakai oleh suku Sangihe Talaud. Apa keunikan pakaian adat Sulawesi Selatan? Keunikan pakaian ini adalah bahannya yang terbuat dari serat kofo, sejenis tanaman pisang yang memiliki batang yang kuat. Laku tepu ini pun hanya dipakai saat upacara sakral seperti Tulude.
30. Baju atau Pakaian Adat Gorontalo
Pakaian tradisional masyarakat Gorontalo disebut dengan Biliu dan Mukuta. Biliu dan Makuta ini sejatinya adalah pakaian pengantin wanita dan pria yang terdiri dari tiga warna, antara lain ungu, kuning keemasan dan hijau.
Biliu ini terdiri atas rok dan blus panjang yang memiliki simbol tentang tingkah laku dan pembawaan dalam keluarga. Pelengkapnya pun juga ada beberapa, antara lain kecubu, buohu wulu wawu dehu, etango, baya lo boute, dan pateda.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Gorontalo
31. Baju atau Pakaian Adat Maluku (Baju Cele)
Pakaian adat khas Maluku bernama Baju Cele. Pakaian ini memiliki motif garis geometris atau terkadang kotak-kotak kecil. Umumnya Baju Cele dipadukan dengan kain salele yang dipasangkan dibahu dan dikenakan saat upacara adat. Warnanya pun umumnya didominasi warna-warna cerah.
Ada satu hal unik yang akan terjadi saat seorang anak gadis memakai pakaian ini. Ia akan disebut nona baju cele kaeng. Sementara kalau ada wanita yang memakainya, maka ia disebut nyonya kain salele.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Maluku
32. Baju atau Pakaian Adat Maluku Utara (Manteren Lamo)
Pakaian adat Maluku Utara terdiri dari empat macam, antara lain:
Baju Adat Sultan dan Permasuri
Sejarah besar kerajaan Ternate dan Tidore masih meninggalkan keagungan dan kebesarannya. Salah satunya dalah pakaian kebesaran milik sultan yang bernama Manteren lamo. Manteren Lamo ini terdiri dari jas yang berwarna merah dengan 9 kancing besar yang terbuat dari perak. Kancing-kancing ini terletak di bagian leher, tangan dan juga saku jas.
Keindahan baju adat khas Maluku Utara ini bertambah mewah karena dihiasi dengan hiasan bordir keemasan yang melambangkan keperkasaan dan kekuasaan sultan. Untuk bawahannya, sultan kerap memakai celana panjang hitam dan dilengkapi dengan tutup kepala yang megah.
Untuk sang permaisuri, pakaian adatnya dinamakan Kimun Gia, yaitu kebaya yang terbuat dari kain satin putih yang dipadukan dengan bawahan songket dan diikat dengan ikat pinggang keemasan. Aksesoris pendukun untuk baju kebesaran permaisuri adalah kalung, sanggul, selendang, peniti dan bros yang terbuat dari perhiasan seperti emas, berlian dsb.
Pakaian Adat Untuk Bangsawan
Baju adat para bangsawan Maluku Utara dulunya berupa jubah panjang yang menjuntai hingga betis. Untuk wanitanya mereka memakai kebaya dan kain panjang untuk bawahannya.
Baju Adat Maluku Utara Untuk Remaja
Tidak kalah dengan sultan atau bangsawan, Maluku Utara juga memilik ciri khas untuk baju adat khusus remaja. Para remaja ini memakai baju koja. berupa jubah panjang yang berwarna kuning atau biru sebagai lambang jiwa muda. Bawahannya, mereka kerap memakai celana panjang hitam atau putih serta toala polulu (penutup kepala) untuk remaja laki-laki. Untuk perempuannya mereka memakai kebaya dikombinasikan dengan kain songket serta aksesoris lain misalnya anting, kalung rantai emas dan alas kaki tarupa.
Baju Adat Untuk Rakyat Biasa
Untuk rakyat biasa, masyarakat Ternate Tidore umumnya jauh lebih sederhana. Hanya saja hal ini sekarang sulit ditelusuri. Tentunya tidak jauh-jauh dari pakaia bangsawan namun jauh dari gemerlap perhiasan.
33. Baju atau Pakaian Adat Papua
Provinsi Papua Barat terletak dibagian ujung Pulau Papua yang mana baru didirikan pada 18 April 2007 lalu. Karakteristik Papua masih kental di area ini dimana suku-sukunya sangat banyak sehingga memiliki warisan budaya yang kental dan mengagumkan. Salah satunya adalah pakaian adat Papua Ewer.
Pakaian adat ini terbuat dari jerami yang dikeringkan kemudian disusun sehingga bisa menutupi tubuh. Namun karena sudah tersentuh modernisasi, baju adat dari provinsi ini mengalami modivikasi.
Cek Artikel Lengkapnya di link berikut: Pakaian Adat Papua
34. Baju atau Pakaian Adat Papua Barat
Baju Adat Wanita Papua
Seperti yang dijelaskan sebelumya, pakaian adat daerah ini terbuat dari serat kring yang dijadikan rok. Serat-serat kering tersebut dikumpulkan dan disusun menggunakan tali sehingga bisa menyerupai rok. Rok ini pun memiliki dua lapisan, yaitu lapisan dalam yang panjangnya sebatas lutut, dan lapisan luar yang lebih pendek.
Nah, untuk mengaitkan rok tersebut, digunakan ikat pinggang dari kulit kayu yang diukir, misalnya kotak-kotak dan susunan geometris. Sementara atasannya, wanita kerap memakai baju kurung yang terbuat dari beludru dengan hiasan bulu dirumbai bagian pinggang, leger dan lengan.
Baju ini kerap dipakai oleh wanita di daerah Manokwari. Sementara lainnya terkadang hanya memakai rok saja. Untuk aksesorisnya, wanita Papua Barat Menggunakan gelang dan juga kalung yang dibuat dari biji-bijian. Untuk kepala mereka membuat penutup kepala yang terbuat dari bulu burung kasuari.
Pakaian Adat Pria Papua
Pria Papua di jaman dulu baju adatnya sangatlah berbeda. Kalau dahulu mereka hanya memakai rok rumbai yang dibuat dengan cara yang sama seperti rok perempuan. Dan mereka tidak memakai atasan.
Namun karena jaman semakin modern, baju adat Ewer sudah dilengkapi dengan kain beludru di bagian atas dan bawahannya sudah dilengkapi celana pendek lengkap dengan kain penutup yang menutupi bagian depan. Mereka juga menggunakan rompi di bagian atas dengan hiasan yang cantik.
Untuk aksesoris, pria Papua Barat memaki kalung, sumpit, perisai dan penutup kepala.
Pakaian Papua Berdasarkan Adat Cara Memakainya
Sejatinya Provinsi Papua memiliki banyak sekali suku, diantaranya adalah suku dani, suku kamoto, suku asmat, suku biak dan suku waropen. Tidak jauh dari Papua Barat, provinsi ini memiliki pakaian adat yang dekat sekali dengan alam.
Ciri khas dari pakaian adat provinsi Papua ada pada penutup kepala. Penutup kepala dibuat dari daun pohon sagu yang disusun sangat rapi, dan bagian atasnya dihiasi bulu burung kasuari. Nah, secara garis besar, di Papua Barat ada 3 macam baju adat yang perlu kita tahu.
Pakaian Sali
Pakaian ini dipakai oleh gadis lajang yang berbahan dasar kulit pohon. Nantinya wanita yang sudah menikah tidak akan diperkenankan memakai pakaian Sali ini.
Pakaian Holim
Holim dipaai oleh pria dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau upacara adat. Istilah lainnya adalah koteka yang mana hanya terbuat dari kulit labu air. Disamping itu, koteka ini berbeda-beda setiap sukunya. Misalnya suku Tiom, mereka memakai dua buah labu air sekaligus.
Pakaian Yokal
Yokal sendiri banyak ditemui di pedalaman Papua dan kerap dipakai oleh perempuan yang sudah berkeluarga. Yokal yang dipakai wanita Papua ini ternyata tidak dijual bebas, dan merupakan simbol kedekatan mereka dengan alam.
Kalau dahulu, sebagian besar baju adat yang menjadi kebanggaan setiap provinsi di Indonesia ini dipakai di kalangan kerajaan atau setidaknya kelas bangsawan dan menengah.Seperti misalnya motif batik tertentu yang mana ada yang dipakai oleh raja dan keluarganya karena memiliki simbol dan sisi magis sendiri sehingga kalangan lain tidak diperkenankan.
Namun seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, baju kebesaran ini bisa dipakai oleh siapa pun. Umumnya masyarakat memakainya saat upacara pernikahan, sehingga bisa dinikmati oleh semua orang. Selain karena pergeseran budaya, ini juga merupakan bagian dari sumbangsih anak bangsa demi melestarikan kebudayaan leluhur. Bahkan tidak sedikit dari kita memakai baju khas daerah masing-masing saat sedang pawai nasional, ikut kompetisi atau menjadi tamu undangan di sebuah acara besar sebagai bentuk kebanggaan kita atas nama putra daerah.
Ini tentunya sangat baik apa lagi banyak sekali baju adat negeri kita kerap menjadi inspirasi para desainer nasional untuk berkompetisi di kancah yang lebih tinggi. Tanpa melupakan warisan nenek luhur, baju rancangan khas pemuda Indonesia terlihat modern dan agung.
Contoh desainer yang sering memberikan sentuhan lokal adalah Ivan Gunawan, Iwan Tirta atau Anne Avanti. Mereka terkenal di barat juga karena sering memberikan sentuhan lokal.
Pada akhirnya, kebanggaan kita soal khasanah budaya memang harus dijaga. Salah satu caranya dengan memakai baju kebesaran ini di beberapa kesempatan. Selain sebagai identitas daerah, kita juga bisa mengenalkan kebudayaan yang baru pada orang lain, terimkasih telah membaca artikel tentang pakaian Adat Indonesia pada website adatindonesia.org.